Belgia, 1957 hari ke-271
Lonceng kapel perawan suci berbunyi sembilan kali
Menandai tujuh belas hari aku memandangi tumpukan langit yang kian memutih
Selalu kuteteskan air mata
Kugerakkan hati untuk memanjatkan doa untuk yang Kuasa
“…………. Akan kutunggu seribu hari walau hanya sehari tak merasakan sepi”
Doa klasik untuk para pemimpi yang selalu menanti kasih seorang dewi
Tepat tengah hari,
Kulangkahkan kaki ke rak ujung jendela
Kuambil sebuah pena dan tinta yang mulai mengering
Ku tarik sebuah kursi yang menghadap meja
Kuusap kepala ini, seolah berpikir
Apa yang akan kugoreskan di lembaran ini
Kurangkaikan jutaan rayuan tak berharga
Hanya rayuan picisan untuk orang yang menunggu di balik pintu yang terkunci rapat
Sekedar ingin kusampaikan perasaan seorang hamba yang hanya punya cinta
Kulipat dan kusimpan dalam lipatan lembar mahoni
Kuhiasi dengan soka yang kurajut menjadi mahkota
Tampak indah walau tetap tak berharga
Mulai kuhibur hati ini
Tak sabar menanti malam gelap yang sepi
Kuambil selembar pakaian tua peninggalan kakekku
Pakaian sederhana tanpa motif apa-apa
Walau hanya pakaian orang hina tapi hanya ini yang kupunya
Kuusap sepeda tuaku dengan selembar kain hijau
Hanya inilah hartaku yang paling berharga
Sebuah sepeda tua
Ku sapu setiap jengkal lantai rumah tempatku berada
Ku tutup setiap jendela yang terbuka
Kunyalakan sebuah lilin kecil untuk menghindari kegelapan malam
Telah sempurna suasana rumah untuk setiap malam yang terlewati
Ku berdoa kembali pada yang Esa
Kulangkahkan kaki ke sepeda tuaku
Kukayuh sepedaku melintasi malam ini
Hanya sapaan kecil yang membuatku tak sendiri
Seribu meter telah kulalui
Kuhentikan kayuhanku dan kusandarkan sepeda tuaku pada batang jati
Kuremas celanaku untuk menghilangkan keringat di tanganku
Kupandangi jendela kamar yang menyala
Hanya helaan nafas yang menenangkan hatiku
“Sanggupkah hamba menyampaikan surat ini?”
Dingin malam seakan mendorongku untuk masuk ke dalam
Kulangkahkan kaki menuju pintu depan sang putri
Ingin rasanya kurobek surat tak berharga ini
Surat yang tak pantas untuk seorang putri walau hanya menyampaikan isi hati
“Tapi, apa dosa surat ini???”
Surat ini hanya ingin membantuku malam ini
Kuselipkan surat ini diantara tumpukan surat lainnya
Hanya surat kecil ini yang tampak usang di antara ribuan surat untuknya
Telah kecil hati ini memandangi tubuh tak berdaya ini
Sedih…..
Tapi sudahlah
Kusapa sang dambaan hati yang dengan ramah menampakkan diri
Kuajak berbincang tentang hari-hari yang kulalui
Beruntung ada secangkir teh hangat yang membuatku tenang
Kuceritakan semua masa laluku padanya
Masa kecilku dan masa-masaku di dunia ini
Kuhabiskan malam ini dengannya
Hanya tawa yang terpancar dari wajah ayunya
Sekarang kumenyesal telah menuliskan untuknya surat tak berharga itu
Kuhabiskan tiga jam bersamanya sebelum ku beranjak pulang
Kukayuhkan kembali sepeda tuaku
Sepi malam ini terasa menyenangkan buatku
Ingin rasanya kuhentikan waktu untuk sesaat
Walau sesaat
Belgia, 1959
Hari-hari pun terlewati
Hanya bias kenangan malam itu yang tak pernah berakhir
Tak pernah kulupakan setiap hari yang kami lewati bersama sejak malam itu
Menyenangkan…
Hanya para elf yang setuju denganku
Didendangkannya nyanyian dari surga
Diiringi tiupan suling bambu dan petikan harpa dewa dewi
Seolah menyambut takdir bahagiaku
Takdir bahagia seorang hamba yang menuai cinta di malam dunia
Belgia, 1959 hari ke-314
“Apa kau mencintaiku seperti kau mencintai dirimu?”
ini postingan medeni plus bikin merinding mat…
keturunan Kahlil Gibran ya? 😀
huahahahaha
oraaa.. sodara jauh kok
#halah
buset. berat ini mah. fiksi kan ya? berat euy…
etapi sepeda tua mengingatkanku pada mas bejo. iri liat dia dengan nyante nggowes. huah, kangen jogja lagi
fiksi kok mbok, fiksi 😀
iyaaa mas bejo asik banget nyepeda tiap hari.. irii 😀
hmm, daleeemmmm
kalo gak salah, ghw udah baca di genrumpi nih
iya bang.. crossposting nih.. maklum blogger malas 😀
chill …..sepertinya ini lumayan berat topiknya 😀 btw chill aku pindah blog yah, yang lama diapus aja,
nih yang baru http://wikfa.wordpress.com
thanx chill
oke sayang.. berkunjung ke blog baruuu 😀