chiil

Surat Tak Berharga..

In Love ~ Affeto, Ngerumpi on April 3, 2010 at 5:39 pm

surat

Belgia, 1957 hari ke-271

Lonceng kapel perawan suci berbunyi sembilan kali

Menandai tujuh belas hari aku memandangi tumpukan langit yang kian memutih

Selalu kuteteskan air mata

Kugerakkan hati untuk memanjatkan doa untuk yang Kuasa

…………. Akan kutunggu seribu hari walau hanya sehari tak merasakan sepi

Doa klasik untuk para pemimpi yang selalu menanti kasih seorang dewi

Tepat tengah hari,

Kulangkahkan kaki ke rak ujung jendela

Kuambil sebuah pena dan tinta yang mulai mengering

Ku tarik sebuah kursi yang menghadap meja

Kuusap kepala ini, seolah berpikir

Apa yang akan kugoreskan di lembaran ini

Kurangkaikan jutaan rayuan tak berharga

Hanya rayuan picisan untuk orang yang menunggu di balik pintu yang terkunci rapat

Sekedar ingin kusampaikan perasaan seorang hamba yang hanya punya cinta

Kulipat dan kusimpan dalam lipatan lembar mahoni

Kuhiasi dengan soka yang kurajut menjadi mahkota

Tampak indah walau tetap tak berharga

Mulai kuhibur hati ini

Tak sabar menanti malam gelap yang sepi

Kuambil selembar pakaian tua peninggalan kakekku

Pakaian sederhana tanpa motif apa-apa

Walau hanya pakaian orang hina tapi hanya ini yang kupunya

Kuusap sepeda tuaku dengan selembar kain hijau

Hanya inilah hartaku yang paling berharga

Sebuah sepeda tua

Ku sapu setiap jengkal lantai rumah tempatku berada

Ku tutup setiap jendela yang terbuka

Kunyalakan sebuah lilin kecil untuk menghindari kegelapan malam

Telah sempurna suasana rumah untuk setiap malam yang terlewati

Ku berdoa kembali pada yang Esa

Kulangkahkan kaki ke sepeda tuaku

Kukayuh sepedaku melintasi malam ini

Hanya sapaan kecil yang membuatku tak sendiri

Seribu meter telah kulalui

Kuhentikan kayuhanku dan kusandarkan sepeda tuaku pada batang jati

Kuremas celanaku untuk menghilangkan keringat di tanganku

Kupandangi jendela kamar yang menyala

Hanya helaan nafas yang menenangkan hatiku

“Sanggupkah hamba menyampaikan surat ini?”

Dingin malam seakan mendorongku untuk masuk ke dalam

Kulangkahkan kaki menuju pintu depan sang putri

Ingin rasanya kurobek surat tak berharga ini

Surat yang tak pantas untuk seorang putri walau hanya menyampaikan isi hati

“Tapi, apa dosa surat ini???”

Surat ini hanya ingin membantuku malam ini

Kuselipkan surat ini diantara tumpukan surat lainnya

Hanya surat kecil ini yang tampak usang di antara ribuan surat untuknya

Telah kecil hati ini memandangi tubuh tak berdaya ini

Sedih…..

Tapi sudahlah

Kusapa sang dambaan hati yang dengan ramah menampakkan diri

Kuajak berbincang tentang hari-hari yang kulalui

Beruntung ada secangkir teh hangat yang membuatku tenang

Kuceritakan semua masa laluku padanya

Masa kecilku dan masa-masaku di dunia ini

Kuhabiskan malam ini dengannya

Hanya tawa yang terpancar dari wajah ayunya

Sekarang kumenyesal telah menuliskan untuknya surat tak berharga itu

Kuhabiskan tiga jam bersamanya sebelum ku beranjak pulang

Kukayuhkan kembali sepeda tuaku

Sepi malam ini terasa menyenangkan buatku

Ingin rasanya kuhentikan waktu untuk sesaat

Walau sesaat

Belgia, 1959

Hari-hari pun terlewati

Hanya bias kenangan malam itu yang tak pernah berakhir

Tak pernah kulupakan setiap hari yang kami lewati bersama sejak malam itu

Menyenangkan…

Hanya para elf yang setuju denganku

Didendangkannya nyanyian dari surga

Diiringi tiupan suling bambu dan petikan harpa dewa dewi

Seolah menyambut takdir bahagiaku

Takdir bahagia seorang hamba yang menuai cinta di malam dunia

Belgia, 1959 hari ke-314

“Apa kau mencintaiku seperti kau mencintai dirimu?”

  1. ini postingan medeni plus bikin merinding mat…
    keturunan Kahlil Gibran ya? 😀

  2. buset. berat ini mah. fiksi kan ya? berat euy…

    etapi sepeda tua mengingatkanku pada mas bejo. iri liat dia dengan nyante nggowes. huah, kangen jogja lagi

  3. hmm, daleeemmmm
    kalo gak salah, ghw udah baca di genrumpi nih

  4. chill …..sepertinya ini lumayan berat topiknya 😀 btw chill aku pindah blog yah, yang lama diapus aja,

    nih yang baru http://wikfa.wordpress.com

    thanx chill

Leave a reply to wikfa Cancel reply